Ilustrasi Gambar |
Mungkin anda bertanya bagaimana cara menulis
essay? Menurut beberapa sumber di internet ternyata cara menulis essay tidak
seseram apa yang ada di pikiran kita. Mengarang ada dalam essay dengan
menuangkan kata-kata dalam kalimat-kalimat, namun keterhubungan antar kalimat
harus ada.
Makna
Dalam KBBI negara kita Essay disebut esai adalah
prosa yang di dalamnya membahas tentang sesuatu berdasarkan topik namun dalam
sudut pandang yang menulisnya. Cara menulisnya dapat anda lihat di surat-surat
kabar yang ada dan beredar di mana-mana. Publikasi Essay bisa melalui
macam-macam media seperti di halaman opini koran atau sebuah majalah. Kolom
essay disediakan di koran-koran dan anda bisa menuliskan opini anda di sana
melalui persetujuan dari redaksinya.
Ada yang mengatakan Essay dan opini itu sama
namun sebenarnya ada bedanya yaitu essay itu karya tulisnya sedangkan opini itu
adalah isinya.
Cara menulis essay itu bagaimana sih?
Sebelumya Anda harus membuat sebuah topik sebelum
menulis sebuah essay. Dari pertanyan itu anda bisa memberikan beberapa jawaban
yang mampu meberikan solusi bagi jawaban-jawaban sebelumnya. Dari
jawaban-jawaban terakhir anda maka anda bisa mengambil kata kunci yang dapat di
analisis lebih dalam sehingga memberikan sebuah tulisan yang bagus.
Menulis Essay mempunyai cara tertentu dengan
menyesuaikan materi topiknya menurut kemampuan anda. Gaya tulisan bisa lugas,
tidak perlu menggunakan kata-kata personifikasi yang rumit sehingga tidak bisa
di pahami. Intinya adalah memaparkan dengan cara yang di mengerti oleh banyak
orang. Tulislah essay anda dengan cara mempermainkan empati pembaca dan gaya
bahasa yang mampu meyakinkan banyak orang.
Membaca adalah hal yang Anda perlukan untuk
pengembangan kata kunci ini. Bacalah secara berulang sesuatu yang berhubungan
dengan kata kunci yang anda pilih agar mampu mengembangkannya dengan baik
sehingga argumen-argumen anda dalam menjawab pertanyaan sebelumnya dengan baik dan
tidak rancu. Namun jika anda ingin mengembangkan essay anda maka bacaan yang
harus anda baca seharusnya seperti di bawah ini :
- Lihatlah hubungan antara topik dengan bacaan
Anda.
- Apakah jawaban Anda didukung oleh apa yang anda
baca?
- Bacaan harus mendukung argumen-argumen Anda.
- Bacalah literatur atau apapun yang mendukung
bacaan Anda.
Nah setelah Anda membaca dengan aturan di atas
maka yang perlu anda lakukan adalah mencari jawaban-jawaban berdasarkan
pertanyaan sebelumnya, namun anda harus mebiasakan diri mencatat apa saja yang
mendukung essay anda. Catat seteliti mungkin dengan memberikan poin penting
pada catatan anda karena sebagai manusia tidak semua dari kita memiliki ingatan
yang baik.
Selanjutnya Susunlah Ide anda dan mulai menulis
Pertanyaan sudah Anda pegang untuk sebuah topik
dan anda sudah melakukan langkah-langkah di atas. Kemudian yang perlu anda
lakukan adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan itu nda kaji catatan yang ada dan
menentukan poin-poin mana yang terlebih dahulu yang harus anda lakukan.
Kerangka dasar yang harus anda buat adalah cara
yang sederhana namun baik untuk menemukan jawaban-jawaban anda atas
pertanyan-pertanyaan yang anda susun tadi. Kerangka dasar tersebut seperti:
Membuat Pendahuluan
Cerita singkat dari ide pertanyaan dan jawaban
yang sudah anda persiapkan dari tadi adalah apa yang di bahas di pendahuluan
ini. Fungsi dari pendahuluan adalah membahas masalah sedikit dan
pengembangannya sampai di mana tanpa harus mendetail.
Mengembangkan Isi atau membuat isi
Bagian ini adalah bagian terpenting di mana isi
essay anda karena jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ada di sini serta
argumen-argumen tambahan berdasarkan jwaban-jawaban harus sinkron dan tidak
boleh saling asing. Dukungan teori-teori dari sumber lain seperti buku perlu
sebagai acuan pendukung keabsahannya sehingga tidak terkesan tulisan
asal-asalan.
Kesimpulan
Bagian ini adalah anda menunjukkan jawaban dari
pertanyaan yang telah di buat sebelumnya. Tidak di sarankan memberikan info
baru dari isi karena kesimpulan adalah inti sari dari isi yang di utarakan.
Demikianlah sekelumit tentang cara menulis essay
yang sederhana. Semoga berguna bagi anda.
CONTOH ESSAY:
Fana
Esai Goenawan Mohamad
Selalu ada yang pergi. Kematian adalah momen luar
biasa bagi yang tak bisa kembali, tapi, akhirnya, ia peristiwa yang tak
istimewa bagi dunia.
Biarlah orang melakukan yang diinginkannya,
lalu mereka mati, semua, satu-satu.
Bagi awan, himpunan itu, tak ada
yang ganjil di saat itu.
Dan Wislawa Szymborksa meninggal dalam usia 88
tahun pekan lalu, beberapa puluh tahun setelah ia menuliskan bait itu. Saya
kira ia tak akan berkeberatan jika kita katakan bahwa kepergiannya tak terasa
seperti direnggutkan. Dalam Wielka Liczba (‘Jumlah Besar’) ia menulis bahwa di
antara milyaran manusia yang melewati sejarah, hidup hanya ‘terentang sepanjang
bekas cakar kita pada pasir.’
Di ujung bekas cakar itu ada garis yang putus.
Senafas dengan itu, penyair Polandia ini juga menulis tentang ‘lenyap’ — tentang
hilangnya sambungan yang tak bisa diubah. Di sebuah ruang, demikian baris-baris
dalam Kot W Pustym Mieszkaniu, (“Kucing di Apartemen”),
seseorang pernah selalu ada di sana,
selalu ada di sini, kemudian
tiba-tiba lenyap
dan terus menerus lenyap.
Lenyap. Atau lebih baik: mati. Tapi kematian
punya batas. Dengan ironi dan nada rendah, Szymborska memberitahu, ‘siapapun
yang mengatakan bahwa maut maha kuasa ia sendiri bukti bahwa tak demikian
halnya’. Sebab baginya,
Tak ada hidup
yang tak bisa kekal
meskipun cuma sebentar
Mungkin itu sebabnya penyair ini menulis — dengan
kalimat yang bersahaja, tak melambung, tak berliku — tentang hal-hal yang fana,
tapi kita temukan di antara itu bayang-bayang kekekalan.
Bukan karena ia seorang yang percaya kepada yang
transendental. Saya tak tahu benar apakah ia seorang yang beriman. Baginya,
‘kekal’ yang ‘cuma sebentar’ itu tampak pada materia, dalam alam (‘lanskap’)
yang berubah terus. Awan tak pernah mengulangi bentuknya semula. Pada ‘alir
kali, bentuk hutan, pantai, gurun, dan glasir’, kita merasa seakan-akan ada
‘ruh yang kecil’ yang mengembara di sela-selanya, ‘menghilang, kembali,
mendekat, menjauh, mengelak dan jadi asing bagi dirinya sendiri’.
Seorang penyair acapkali punya sejenis animisme
dalam dirinya: menemukan sesuatu yang membuat alam terasa terkadang akrab
terkadang ganjil, terkadang menantang, terkadang membujuk. Tak ada yang ‘jadi’.
Yang ada ‘men-jadi’. Ya, ‘ruh yang kecil’ itu ada di sana.
Karena merasakan ‘ruh yang kecil’ itu pula
agaknya Szymborska merekam percakapan dengan batu dalam Rozmowa z Kamieniem’:
Kuketuk pintu-depan batu itu.
Ini aku, izinkan memasukimu.
Dalam sajak ini, sang tamu ingin masuk ke dalam
batu antara lain karena ingin tahu. Tapi juga, ‘masuk’ baginya berarti berperan
sebagai subyek yang menyaksikan apa yang di dalam.
Kudengar ada balairung kosong dalam dirimu,
sesuatu yang tak tampak: indah, namun percuma,
sesuatu yang tak bersuara: ruang yang tak punya
gema.
Sang pengetuk tampaknya berasumsi bahwa
kesaksiannya begitu menentukan: hanya dengan kehadirannya dunia yang terhampar
bisa punya nilai dan makna. Tapi bagi sang batu, justru asumsi itulah yang
harus ditolak. Yang ada dalam dirinya tak memerlukan kesaksian dari jauh.
Mungkin ruang itu indah, sahutnya, tapi tidak buat seleramu yang hanya sebegitu
saja. ‘Pergilah’, katanya, ‘aku tertutup rapat’. Lalu ia patahkan ambisi di
depan pintu itu:
Kau mungkin akhirnya mengenalku,
tapi tak akan sepenuhnya mengetahuiku.
Seluruh permukaaanku menyambutmu.
Yang di dalam diriku melepaskan diri.
‘Masuk’ berarti ‘invasi’, usaha menduduki, bila
disertai hasrat ‘sepenuhnya mengetahui’. Dan ini penting ditunjukkan kepada
sang pengetuk pintu, yang menganggap ‘tak mengetahui’ sebuah cacat, sebagaimana
ia nyatakan kepada sang batu: Akuilah, bahwa kau sendiri tak mengetahui
balairung di dalam dirimu.
‘Tak mengetahui’… Haruskah itu disesali? Dalam
pidatonya waktu menerima Hadiah Nobel Kesusatraan 1996, Szymborska justru
menegaskan pentingnya posisi itu. ‘Aku-tak-tahu’, katanya, adalah kalimat yang
harus selalu diulang penyair. ‘Tiap sajak menandai sebuah usaha menjawab
pernyataan itu. Tapi begitu tahap terakhir sampai di halamannya, sang penyair
mulai ragu, mulai menyadari bahwa jawabannya itu hanyalah sesuatu yang dibangun
seadanya…’
Maka yang penting bukanlah ambisi ‘aku-tahu’.
Ambisi itu akhirnya cuma bisa sejenak ‘masuk’ mencapai sebuah penguasaan
kognitif (‘tahu’). Lagipula, ambisi itu — dan akhirnya sebuah klaim — hanya
akan meletakkan dunia dan liyan sebagai obyek. Padahal di dunia yang dirundung
kekuasaan ini (kita anak ‘zaman politik’, kata Szymborska) yang dibutuhkan
adalah sebuah laku yang lebih akrab, lebih hangat.
Dalam sajak di atas, sang batu menyalahkan
tamunya: kau tak memiliki ‘rasa ikut ambil bagian’ (a sense of taking part),
ujarnya. Di saat ‘ikut ambil-bagian’, aku bukan obyekmu, kau bukan obyekku.
Kita sama-sama aktif dalam sebuah proses yang disebut ‘ada’, atau lebih tepat,
‘men-jadi’.
Dengan itu, yang fana mendapatkan artinya. Dan
kerja seorang penyair adalah ‘ikut ambil bagian’ dalam yang fana itu: keragaman
dan kesementaraan benda-benda dari saat ke saat. Szymborska mengutip Rilke,
yang sajaknya, ‘Musim Gugur’, pernah diterjemahkan Chairil Anwar dengan indah
itu. Rilke menasihati para penyair muda agar tak menuliskan konsep-konsep
besar, tapi justru menyambut yang sehari-hari. ‘Jika kehidupan sehari-hari
sepertinya memiskinkan engkau’, tulis Rilke, ‘jangan salahkan kehidupan.
Salahkan dirimu. Kau tak cukup memadai sebagai penyair untuk mencerap
kekayaannya’.
Szymborska sendiri adalah contoh penyair yang
seperti itu.
[Majalah Tempo Edisi Senin, 06 Februari 2012]
Tag :
Trik dan Tips Menulis
6 Komentar untuk "Cara Menulis Essay yang Baik"
Makasih gan referensinya
makasih atas infonya
aldydipe.ipb.ac.id
ilmu dan amal itu bagaikan pasak yang tertancap kokoh di kaki langit Allah,yang akan dapat kita jadikan pegangan untuk tetap hidup sebagai khalifah di bumi Allah.
All : Terima kasih kunjungannya. Semoga bermanfaat.
Terimakasih atas informasinya!
Sama-sama. Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.
Sahabat, silakan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam Karya