Pengalaman menulis seseorang berbeda-beda, ada yang berangkat dari hobi, ada yang berangkat dari kejenuhan, dan ada pula yang berangkat dari semangat yang tinggi untuk menjadi penulis. Dulu pada awalnya saya menulis hanya untuk menyalurkan kejenuhan, kemudian lama kelamaan terasa nyaman menulis. Sehingga sehari saja tidak menulis terasa ada yang kurang. Namun lama kelamaan menulis, dan saya merasa kok menulis saya tidak pernah ada perbaikan. Padahal sudah saya sertai dengan membaca buku. Buku apa saja yang saya temui coba saya baca. Namun terkesan tulisan saya hanya biasa-biasa. Ini pernyataan dari diri saya sendiri.
Kemudian saya mencoba membaca biografi dari para penulis yang sukses, bagaimana tips, dan trik menulis yang benar. Di sana saya membaca sebagian dari tulisan yang bisa saya simpulkan dengan bahasa saya sendiri, bahwa menulis itu jangan hanya sekadar dijadikan hobi belaka, dan jangan pula
karena memanfaatkan waktu luang kemudian menulis. Jika demikian jawabannya maka anda menulis terkesan tidak sungguh-sungguh. Jika benar-benar ingin menjadi penulis yang menulislah. Belajar dari para penulis, bagaimana mereka bisa sukses menulis, bagaimana perjalanannya, dan bagaimana cara menjadi penulis yang benar. Dan yang lainnya adalah pahami bagaimana para penulis tersebut. Tirulah gayanya, meniru kan boleh, yang tidak boleh itu copy kemudian paste tanpa menyantumkan sumbernya.
Nah, yang menjadi penting bagi saya adalah menulis bisa menghilangkan rasa sakit. Ketika saya sakit kepala, kemudian saya buka laptop, dan saya buka word, lalu saya ketik beberapa tulisan yang sekiranya bisa saya tulis. Dan Alhamdulillah sakit saya bisa berkurang, tentunya atas izin dari Allah SWT. Karena jangan lupa sebelum menulis bacalah Basmallah, dengan membaca basmallah semoga tulisan yang anda ketikkan kelak bermanfaat bagi pembacanya. Menulis menjadi bagian yang menarik sekaligus lucu. Pernah saya ingin menulis cerita humor, sudah saya coba mengetikkan kata-katanya bolak-balik, namun ketika saya membaca ternyata saya tidak tertawa juga. Atau mungkin belum bisa kali ya? Padahal saya sudah mencoba tulisan dengan genre humor.
Terakhir yang harus dipertimbangkan dalam menulis adalah bagaimana anda bisa fokus terhadap apa yang akan anda tuliskan. Menulis itu butuh fokus dan konsentrasi. Tetapi jangan dipaksakan jika anda terasa lelah. Namun jangan pula tulisan yang sudah anda ketik bahkan beberapa halaman lalu anda hapus. Simpanlah dulu dalam draft, nanti jika anda sudah tenang kembali buka tulisan anda. Baca, lanjutkan dan edit lagi. Pada awalnya menulis sangatlah berat. Menulis satu paragraf saja terasa berat. Apa lagi sampai berpuluh-puluh halaman. Tetapi mengapa para penulis hebat bisa menciptkan puluhan bahkan ratusan buku? Padahal otak kita dan mereka sama. Yang membedakan adalah mereka lebih sungguh-sungguh, lebih kreatif, dan tentunya mereka lebih mau berpikir lebih. Sedangkan kita ketika ada hambatan kecil langsung menyerah dan mencoba memberi pernyataan terhadap diri kita sendiri bahwa "saya tida bakat menulis". Pernah dengar bahwa menulis itu 99% keringat, dan 1% membaca. Pernyataan ini mungkin juga ada benarnya. Faktanya adalah banyak yang berusaha sungguh-sungguh menulis secara kontinyu dan akhirnya mereka berhasil. Namun menurut saya yang benar adalah berusaha keras belajar menulis disertai dengan banyak-banyak membaca buku.
Kunci hebat para penulsi adalah mereka memiliki strategi sendiri dalam menulis. Dan bahkan setiap harinya dijadwal kapan menulis. Yang lebih parah lagi jika sehari tidak menulis maka ia akan menghukum dirinya sendiri. Ini merupakan proses perjuangan yang harus dilakukan untuk penulis pemula seperti saya. Dulu saya cukup senang tulisan saya terpampang menjadi buku antologi bersama teman-teman. Walaupun itu merupakan buku kumpulan surat yang kemudia diterbitkan oleh FAM Publishing. Awalnya gembira dan bangga, namun apa yang saya rasakan setelah itu. Mengapa saya tidak bisa menulis buku secar individu. Padahal mereka bisa. Itu yang menjadi pikiran buat saya sampai detik ini. jadwal menulis sudah saya buat namun faktanya nihil. Tugas kuliah menjadi alasan bagi saya untuk berhenti menulis hampir 3 mingguan lebih. Belum lagi ujian akhir, dan sekarang menuju proposal tesis. Tetapi bukankan kita memiliki waktu 24 jam. Waktu yang begitu banyak masak tidak ada waktu luang sekitar 1 jam untuk menulis. Berapa lama waktu kita menonton TV? Berapa lama waktu kita main-main. Nah, waktu yang lain saja ada mengapa menulis kok banyak alasan?
Yah, itulah faktanya. Menulis memang berat. Karena pada akhrinya ketika tulisan kita terasa hambar dan tidak megalami peningkatan terasa sangat kecewa. Mengapa yang lain bisa berimajinasi dan berkreasi terhadap tulisannya sehingga menamilkan tulisan yang indah dan nyaman dibaca. Sedangkan tulisan saya terasa sangat monoton itu-itu saja. Mungkin masalahnya saya belum memiliki partner yang mengkritik tulisan saya. Karena kritikan itu akan membangun siapa saja yang mengambil dari sisi positifnya. Namun pilahlah, kritikan yang memabangun ambil, dan kritikan yang hanya kritikan belaka tanpa didasari menyelesaikan masalah lupakan. Begitulah kira-kira sikap yang harus diambil untuk penulis pemula seperti saya.
Jujur, ketika menulis ini badan saya agak meriang, dan Alhamdulillah, berkat kekuatan dari Allah SWT sakit ini sedikit demi sedikit menghilang. Jadikanlah menulis, sebagai pembaca kebaikan buat apa saja dan siapa saja. Bukan hanya ketika sakit, namun menulis bisa menjadi partikel-partikel kotor yang ada dalam diri menjadi hilang karena menulis. Dan yang terakhir adalah menulislah karena ibadah. Jika diniatkan demikian maka apa yang anda tulis InsyaAllah semua ikhlas dari ketulusan hati. So Keep Writing Guys.
sumber gambar : http://adelays.com/about-me/menulislah/
Tag :
Trik dan Tips Menulis
0 Komentar untuk "Menulis Menghilangkan Rasa Sakit"
Sahabat, silakan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam Karya