Berkaryalah sebelum kesempatan itu hilang dari hidupmu

Dilema Mahasiswa Baru

Dunia kampus semakin hari selalu menjadi sorotan  mulai dari  pengamat, mahasiswanya sendiri bahkan sampai pada penjual angkriangan.. Hitung-hitung ingin  memperbaiki citranya, tetapi hasilnya semakin lama persepsi terhadap kampus semakin kurang baik. Hal ini berdampak signifikan terhadap pilihan  mahasiswa yang akan memasuki perguruan tinggi. Baik itu PTS ataupun PTN. Pada dasaranya keduanya sama,  tetapi  yang membedakan adalah PTN tentunya mendapatkan  subsidi dari pemerintah dan biayanya pun terlihat  relatif murah (katanya).  

Mari kita lihat di media massa ataupun elektronik, berita kampus yang muncul dan menghiasi layar televisi ketika  adanya demonstrasi mahasiswa yang akhirnya terlibat konflik. Bolehlah jika mahasiswa  turun ke jalan menjadi alternatif solusi terakhir yang  paling memungkinkan. Namun seharusnya sebelum terjadi konflik yang berkelenjutan, jajaran kampus harus berani dan mau membuka pintu transparansi dan dialog dengan mahasiswa. Jalan diplomasi untuk mencapai kesepakatan seharusnya terus dioptimalkan. Janganlah ketika terjadi perbedaan finalnya menjadi ketegangan dan berakhir dengan bentrok. Iklim ini jelas kurang baik untuk perkembangan pendidikan di Indonesia. Terutama akademisi muda ini. 

Kampus merupakan sebuah wadah sunyi yang kemudian di ramaikan oleh kaum intelektual yang mempunyai keinginan menjaga peradaban Indonesia. Peradaban yang telah lama pupus dan semakin lama akan hilang. Peradaban  harus kembali ditegakkan dengan pemikiran-pemikiran yang lebih segar, ideal dan moderat. Kampus juga harus mampu menjadi media transfromasi pemikiran dari konvensional ke arah rasioal. Modernitas pemikiran jelas merubah pemikiran mahasiswa yang dulu hanya tau sekelumit tentang perkembangan dunia ; baik itu politik, sosial, budaya, ekonomi yang hanya mengadopsi dan mendapatkan berita mentah dari televisi. Tetapi itu semua akan berbanding terbalik ketika sudah terjun menjadi mahasiswa. Mahasiswa baru yang masuk ke PT kemudian akan dihadapakan pada pengenalan mahasiswa baru atau bahasa akademnisinya adalah  masa orientasi mahasiswa yang bertujuan mengenalkan kampus dari sisi administrasi dan membuka peluang bagi mahasiswa untuk melebarkan gerbongnya. Bolehlah jika itu hanya berniat merubah pemikiran mahasiswa yang awalnya terkesan polos menjadi mahasiswa yang pemberani. Tetapi janganlah itu di jadikan sarana untuk memperlebar gebongnya sendiri dengan berbagai cara yang tidak mencerminakan akademisi.

Untuk itu, kampus harus mampu mengawasi lembaga mahasiswa secara baik. Para akademisi tentunya butuh suntikan dan pemikiran yang segar dalam iklim kampus yang semakin lama semakin kabur. Terang juga tidak, redup iya. Ini yang sangat memprihatinkan, apa lagi sekarang masyarakat tidak terkejut lagi akan budaya plagiarisme. Budaya itu bukan hanya merasuk pada mahasiswa S1 saja, tetapi sudah pada tingkat S3 dan bahkan professor. Jika hal ini masih saja di remehkan maka kampus semakin berbahaya karena tidak mencetak mahasiswa yang akan menciptakan sesuatu, tetapi menduplikat sesuatu. Bahkan ketika ada tugas akhir hanya dipelintir judulnya saja. Isinya sama, dan terkadang mereka lupa karena dalam kata pengantarnya masih tertulis pembuat aslinya. Sudah menduplikat tidak kreatif juga.hehe.  Fenomena yang demikian ini sangat buruk sekali. Mahasiswa harus bisa mengubah budaya yang ada menjadi  sejatinya kampus yang bisa mencetak akademisi yang potensial. 


Tag : Catatan
0 Komentar untuk "Dilema Mahasiswa Baru"

Sahabat, silakan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam Karya

Back To Top